Kamis, 28 April 2016

PANAMA PAPERS : Jejak Korupsi Global dari Panama (3)



Ayah Nick Kgopa meninggal ketika dia baru berumur 14 tahun. Rekan sekerja ayahnya di sebuah tambang emas di utara Afrika Selatan mengatakan ayah Nick meninggal akibat paparan zat kimia di dalam tambang.

Nick dan adiknya yang tuna rungu, bisa bertahan hidup tanpa ayah mereka berkat kiriman uang bulanan dari sebuah dana sosial yang dirancang untuk membantu janda dan anak yatim dari pekerja tambang di Afrika Selatan.

Sayangnya, suatu hari kiriman uang mendadak berhenti. Laporan media memaparkan kalau keluarga Nick adalah satu dari sekian keluarga yang jadi korban tak langsung sebuah skandal penipuan masif senilai US$ 60 juta yang dilakukan sekelompok pengusaha Afrika Selatan. Menurut dakwaan jaksa, beberapa orang yang terkait perusahaan manajemen aset, Fidentia, berkomplot untuk merampok dana investasi, yang selama ini sebagian hasilnya dipakai untuk mendukung kehidupan anak yatim seperti Nick Kgopa. Total ada 46 ribu orang janda dan anak yatim yang kehilangan tunjangan bulanannya akibat penipuan ini.

Dokumen Mossack Fonseca yang bocor menunjukkan bagaimana setidaknya dua orang yang terlibat dalam penipuan ini menggunakan firma hukum asal Panama itu untuk menciptakan perusahaan offshore. Dokumen juga menunjukkan bagaimana Mossack terus menerus melindungi para penipu dan uang hasil penipuan mereka, meski otoritas Afrika Selatan sudah mengumumkan keterlibatan mereka dalam skandal ini.

Para penipu skema ponzi dan jejaringnya kerap menggunakan struktur perusahaan offshore untuk mendukung skema mereka dan menyembunyikan prosesnya. Kasus Fidentia misalnya bukanlah satu-satunya penipuan besar yang muncul dalam daftar klien Mossack Fonseca.

Di Indonesia, sejumlah investor menuding sebuah perusahaan yang didirikan Mossack Fonseca di British Virgin Islands terlibat dalam skema penipuan yang merugikan sedikitnya 3.500 orang dengan nilai lebih dari US$ 150 juta. "Kami amat membutuhkan dana untuk pendidikan anak kami pada bulan April ini," kata seorang investor Indonesia dengan bahasa Inggris yang terpatah-patah dalam emailnya pada Mossack Fonseca yang dikirim pada April 2007. "Tolong beri saran, apa yang bisa kami lakukan," tulisnya lagi. Nama Mossack dan alamat emailnya tercantum dalam leaflet perusahaan investasi itu.

Dalam kasus Fidentia, catatan Mossack menunjukkan bagaimana satu dari kelompok penipu yang belakangan dipenjara di Afrika Selatan, Graham Maddock, membayar US$ 59 ribu pada 2005 dan 2006 untuk menciptakan dua perusahaan offshore, termasuk satu yang bernama Fidentia North America. Catatan Mossack menunjukkan bahwa mereka memberikan pelayanan VIP pada Maddock.

Mossack juga menciptakan struktur perusahaan offshore untuk Steven Goodwin, pria yang belakangan disebut jaksa di Afsel berperan penting dalam penipuan Fidentia. Setelah skandal ini terbongkar pada 2007, Goodwin terbang ke Australia, kemudian ke Amerika Serikat, dimana pengacara Mossack menemuinya di sebuah hotel mewah di Manhattan, New York, untuk mendiskusikan keadaan perusahaan offshore-nya.

Karyawan Mossack menulis dalam catatan internal perusahaannya kalau dia dan Goodwin "berbicara dengan mendalam" mengenai skandal Fidentia dan dia "meyakinkan Goodwin untuk lebih melindungi" perusahaan offshore miliknya jika Goodwin melimpahkannya pada pihak ketiga. Dalam memo itu, karyawan Mossack menulis bahwa Goodwin tidak terlibat dalam skandal itu "dalam kapasitas apapun" dan dia "hanya korban dari keadaan."

Pada April 2008, FBI menangkap Goodwin di Los Angeles dan mendeportasi dia kembali ke Afrika Selatan. Di sana, Goodwin mengaku bersalah dalam kasus penipuan dan pencucian uang. Dia kemudian divonis 10 tahun penjara.

Sebulan setelah Goodwin divonis, seorang karyawan Mossack menulis email yang berisi rencana mereka membuat frustasi penegak hukum di Afrika Selatan yang sedang berusaha merebut kembali aset Goodwin yang disembunyikan di perusahaan offshore, Hamlyn Property LLP. Perusahaan itu memang sengaja dibuat Goodwin untuk menguasai industri real estate di Afrika Selatan.

Karyawan ini menyarankan agar ada seorang akuntan yang diminta "mempersiapkan" audit untuk tahun fiskal 2006 dan 2007, dalam upaya "mencegah jaksa mengambil tindakan apapun atas badan hukum di belakang Hamlyn." Dia menggunakan tanda kutip di kata "mempersiapkan".

Tak jelas apakah saran itu benar-benar dilaksanakan atau tidak. Mossack Fonseca tidak menjawab pertanyaan soal relasinya dengan Goodwin. Kuasa dari Goodwin menjelaskan pada ICIJ bahwa kliennya "tidak memiliki hubungan apapun" dengan skandal Fidentia, dan "tidak terlibat langsung maupun tak langsung dengan 46 ribu janda dan anak yatim."

(bersambung)……






Laporan ini ditulis dan disiapkan oleh : Bastian Obermayer, Gerard Ryle, Marina Walker Guevara, Michael Hudson, Jake Bernstein, Will Fitzgibbon, Mar Cabra, Martha M. Hamilton, Frederik Obermaier, Ryan Chittum, Emilia Díaz-Struck, Rigoberto Carvajal, Cécile Schilis-Gallego,Marcos García Rey, Delphine Reuter,Matthew Caruana-Galizia, Hamish Boland-Rudder, Miguel Fiandor and Mago Torres.

Di Indonesia, tim Tempo yang terlibat adalah Wahyu Dhyatmika, Philipus Parera, Agoeng Widjaya dan Mustafa Silalahi.







Link Banner

PERBANKAN

REVIEW

KASUS BISNIS

HALAL CORNER

KAJIAN MUSLIM

RENUNGAN

SEJARAH NUSANTARA

SEJARAH INDONESIA

SEJARAH DUNIA

EDITORIAL

DESTINASI INDONESIA

DESTINASI MANCANEGARA