Rabu, 09 Maret 2016

BPJS KESEHATAN



Jaminan kesehatan merupakan hak setiap warga negara. Oleh karena itu, pembiayaan kesehatan yang dikeluarkan oleh setiap warga negara seharusnya menjadi tanggung jawab negara (pemerintah).

Dalam kondisi keuangan negara belum mampu menanggung seluruh biaya kesehatan rakyatnya maka pemerintah (negara) dibolehkan memungut dari sebagian warga yang mampu untuk membantu warga yang tidak mampu dan sangat tidak bijak jika negara memungut dari warga yang tidak mampu.

Hal ini berlandaskan dalil Al Quran :

Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran
(Al Maidah : 2).

Juga berdasarkan Hadist Nabi Shallallahu alaihi wa sallam:

Allah akan menolong hamba-Nya selama hamba tersebut menolong saudaranya (HR Muslim)

Jika di Indonesia jaminan ini baru diterapkan, namun di beberapa negara Islam jaminan ini telah banyak dipraktekkan yang dalam bahasa arab disebut dengan Dhaman Ijtimai'.

Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) merupakan lembaga yang dibentuk oleh negara untuk menyelenggarakan Program Jaminan Sosial di Indonesia berdasarkan UU No. 40 tahun 2004 dan UU No. 24 tahun 2011. BPJS mulai bekerja pada Januari 2014.

BPJS adalah program pemerintah untuk menjamin kesehatan, menjadikannya murah dan terjangkau yang sebenarnya merupakan asuransi jiwa. Oleh karena itu hukumnya mengacu kepada hukum asuransi.

Secara prinsip, BPJS sama seperti asuransi takaful dimana akadnya adalah akad hibah, dan gharar dalam akad hibah diperbolehkan. Sehingga secara prinsip kerja BPJS sesuai syariah, dimana akadnya adalah hibah sesama warga negara Indonesia dengan tujuan saling tolong menolong.

Selain itu BPJS hanya sebagai pengelola yang ditunjuk Negara dengan dana operasional yang ditetapkan setiap tahunnya, sehingga jika ada kelebihan dana yang dikumpulkan dari masyarakat maka dana akan dikembalikan ke Negara, dan jika ada kekurangan dana akan ditutupi oleh Negara, dan bukan pihak kedua yang diuntungkan atau dirugikan akibat klaim dari peserta sebagaimana layaknya asuransi konvensional yang diharamkan.


Namun, kondisi BPJS dalam prakteknya pada saat ini masih ditemukan hal-hal yang bertentangan dengan syariat, diantaranya sebagai berikut:

1. Merupakan bentuk asuransi konvesional dengan memungut premi dan memberikan jasa pelayanan kesehatan berdasarkan premi tersebut.
Terkadang beberapa rumah sakit mempersulit pasien yang berobat dengan menggunakan BPJS sehingga tidak sesuai dengan tuntunan syariah.

2. Pengumpulan dana masih menggunakan bank custodian konvensional. Selama itu, dana yang terkumpul dari masyarakat akan diputar dan dikembangkan oleh bank konvensional dengan berbagai produknya yang ribawi. Tentunya hal ini termasuk tolong-menolong dalam pengembangan riba.

3. Sistem pembayaran dari BPJS kepada rumah sakit, klinik dan praktek dokter dengan cara kapitasi yang mengandung unsur gharar tingkat tinggi. Dimana BPJS mematok nominal tertentu untuk rumah sakit. Baik pasien berobat ke rumah sakit yang ditunjuk banyak jumlahnya ataupun sedikit. Andai pemegang BPJS yang berobat ke rumah sakit tersebut berjumlah banyak dapat dipastikan rumah sakit tersebut akan mengalami kerugian dan sebaliknya.

4. Adanya denda keterlambatan pembayaran angsuran sebesar 2% per bulan yang dikenakan kepada peserta mandiri yang terlambat membayar premi sesuai dengan ketentuan waktu yang telah ditetapkan. Hal ini, jelas termasuk unsur riba yang dipraktekkan oleh orang jahiliyyah.

Adanya gharar dalam pelunasan BPJS kepada penyelenggara kesehatan tidak merusak akad. Karena gharar yang terdapat dalam hal ini nisbahnya sedikit dengan cara pihak BPJS mengelompokkan rumah sakit penerima dana BPJS kepada beberapa kelas. Dengan demikian unsur gharar dalam hal ini bisa diminimalkan. Dan gharar yang minimal sepakat dibolehkan oleh para ulama.

Al Qarafi berkata, "Gharar dalam ba'i (akad jualbeli) ada 3 macam: Gharar yang nisbahnya dalam akad relatif besar maka gharar ini membatalkan keabsahan akad, seperti: menjual burung di angkasa. Gharar yang nisbahnya dalam akad relatif kecil maka tidak membatalkan akad dan hukumnya mubah, seperti ketidak-jelasan pondasi rumah atau ketidak-jelasan jenis benang qamis yang dibeli. Gharar yang nisbahnya dalam akad pertengahan, hukumnya diperselisihkan oleh para ulama. Apakah boleh atau tidak".

Untuk menentukan keadilan kapitasi yang menjadikan kedua belah pihak (BPJS dan penyelenggara kesahatan) tidak terdzolimi hendaklah ditentukan oleh pihak ke-3 yang indenpenden dan adil.

Wallahu a'lam, jika hal tersebut dilakukan maka gharar yang terdapat pada pembayaran BPJS atas pelayanan yang diberikan rumah sakit kepada peserta BPJS dengan sistem kapitasi menjadi kecil, dan gharar yang nisbahnya kecil dibolehkan sebagaimana yang telah dijelaskan.



Akan tetapi, adanya riba denda keterlambatan pembayaran premi BPJS oleh peserta menyebabkan hukum mengikuti BPJS secara syar'i dikelompokkan sebagai berikut :

- Peserta Bantuan Iuran (PBI) yang dikhususkan untuk orang miskin. Bagi orang miskin BPJS murni gratis tanpa premi sehingga untuk kategori ini diperbolehkan mengikuti BPJS. Karena tidak mungkin akan terjadi denda keterlambatan, dimana mereka tidak memberikan premi terlebih lagi denda keterlambatan.

- Non-PBI yang diperuntukkan bagi PNS/Polri/TNI, organisasi dan institusi. Dimana, sebagian iuran ditanggung kantor/institusi dan sebagian lagi ditanggung oleh peserta. Bagi peserta yang preminya tidak dipotong dari gaji masih diperbolehkan mengikuti BPJS kesehatan ini karena tidak mungkin terjadi denda keterlambatan atau jika terjadi bukan menjadi tanggung jawab peserta melainkan menjadi risiko instansi atau perusahaan. Dan akad keikutsertaan adalah hibah dari perusahaan. Namun, jika iuran premi dipotong dari gaji maka haram hukumnya mengikuti BPJS dimana denda keterlambatan akan ditanggung oleh peserta. Pada saat itu, yang terjadi adalah akad yang mengandung unsur riba.

- Peserta iuran mandiri, yang tidak dibayarkan oleh negara maupun instansi, maka bagi golongan ini haram hukumnya mengikuti BPJS selama masih ada aturan denda keterlambatan, karena ini murni riba jahiliyyah.

Dalam kondisi, dimana pemerintah mewajibkan seluruh warga negara untuk mengikuti BPJS dan jika seorang warga negara tidak mengikutinya maka hak-haknya sebagai warga negara tidak akan dipenuhi oleh Negara, seperti; tidak akan mendapat pelayanan publik maka pada saat itu tidak mengapa seorang warga negara menjadi peserta BPJS karena terpaksa, sekalipun dia peserta golongan III yaitu peserta iuran mandiri.

Dalam hal ini hukum menjadi peserta BPJS sama dengan membayar asuransi jiwa yang sudah termasuk ke dalam harga tiket pesawat dan transportasi massal lainnya yang tidak dapat dielakkan.

Akan tetapi, ketika terjadi risiko yang dipertanggungkan dan pihak BPJS memberikan pelayanan kesehatan melalui rumah sakit - rumah sakit yang bekerja sama dengan BPJS maka tidak halal bagi anggota yang mampu menikmati fasilitas pelayanan kesehatan melebihi premi yang ia bayar karena akadnya mengandung gharar dan riba.

Maka cara bertaubat dari dosa ini selain meminta ampunan Allah juga dengan mengeluarkan selisih antara nominal premi yang dia bayar dengan pelayanan kesehatan yang dia dapatkan lalu disedekahkan kepada fakir-miskin.

Bagi peserta yang memang tidak mampu dan penyakit yang dideritanya termasuk penyakit berbahaya maka dia boleh menikmati pelayanan kesehatan melebihi premi yang dibayarnya. Karena riba dihalalkan bagi fakir miskin untuk menutupi kebutuhan pokoknya2. Semoga pemerintah dapat menghapuskan persyaratan denda bagi peserta yang terlambat membayar premi dan mencari solusi lain, seperti adanya penghentian keanggotaan jika tidak membayar premi selama 3 bulan (untuk perusahaan) atau 6 bulan (untuk perorangan) sudah cukup untuk membuat masyarakat lebih disiplin. Waalahu 'alam.


#ErwandiTarmizi

KASIH SEORANG EMAK


Khoirul Anwar dianggap gila. Ditertawakan. Bahkan dicemooh. Idenya dianggap muskil. Tak masuk akal. Semua ilmuwan yang berkumpul di Hokkaido, Jepang, itu menganggap pemikiran yang dipresentasikan itu tak berguna.

Dari Negeri Sakura, Anwar terbang ke Australia. Tetap dengan ide yang sama. Setali tiga uang. Ilmuwan negeri Kanguru itu juga memandangnya sebelah mata. Pemikiran Anwar dianggap sampah.

Pemikiran Anwar yang ditertawakan ilmuwan itu tentang masalah power atau catu daya pada Wi-Fi. Dia resah. Saban mengakses internet, catu daya itu kerap tak stabil. Kadang bekerja kuat, sekejap kemudian melemah. Banyak orang mengeluh soal ini.

Tak mau terus mengeluh, Anwar memutar otak. Pria asal Kediri, Jawa Timur, itu ingin memberi solusi. Dia menggunakan algoritma Fast Fourier Transform (FFT) berpasangan.

FFT merupakan algoritma yang kerap digunakan untuk mengolah sinyal digital. Anwar memasangkan FFT dengan FFT asli. Dia menggunakan hipotesis, cara tersebut akan menguatkan catu daya sehingga bisa stabil.

Ide itulah yang diolok-olok ilmuwan pada tahun 2005. Banyak ilmuwan beranggapan, jika FFT dipasangkan, keduanya akan saling menghilangkan. Tapi Anwar tetap yakin, hipotesa ini menjadi solusi keluhan banyak orang itu.

Ilmuwan Jepang dan Australia boleh mengangapnya sebagai dagelan. Tapi dia tak berhenti. Anwar kemudian terbang ke Amerika Serikat. Memaparkan ide yang sama ke para ilmuwan Paman Sam.

Tanggapan mereka berbeda. Di Amerika, Anwar mendapat sambutan luar biasa. Ide yang dianggap sampah itu bahkan mendapat paten. Diberi nama Transmitter and Receiver. Dunia menyebutnya 4G LTE. Fourth Generation Long Term Evolution.

Yang lebih mencengangkan lagi, pada 2008 ide yang dianggap gila ini dijadikan sebagai standar telekomunikasi oleh International Telecommunication Union (ITU), sebuah organisasi internasional yang berbasis di Genewa, Swiss. Standar itu mengacu prinsip kerja Anwar.

Dua tahun kemudian, temuan itu diterapkan pada satelit. Kini dinikmati umat manusia di muka Bumi. Dengan alat ini, komunikasi menjadi lebih stabil.

Karya besar ini ternyata diilhami masa kecil Anwar. Dulu, dia suka menonton serial kartun Dragon Ball. Dalam film itu, dia terkesan dengan sang lakon, Son Goku, yang mengeluarkan jurus andalan berupa bola energi, Genkidama.

Untuk membuat bola tersebut, Goku tidak menggunakan energi dalam dirinya yang sangat terbatas. Goku meminta seluruh alam agar menyumbangkan energi. Setelah terkumpul banyak dan berbentuk bola, Goku menggunakannya untuk mengalahkan musuh yang juga saudara satu sukunya, Bezita.

Prinsip jurus tersebut menjadi inspirasi bagi Anwar. Dia menerapkannya pada teknologi 4G itu. Jadi, untuk dapat bekerja maksimal, teknologi 4G menggunakan tenaga yang didapat dari luar sumber aslinya.

Ya, karya besar ini lahir dari orang desa. Anwar lahir di Kediri, Jawa Timur, pada 22 Agustus 1978. Dia bukan dari kalangan ningrat. Atau pula juragan kaya. Melainkan dari kalangan jelata.

Sang ayah, Sudjiarto, hanya buruh tani. Begitu pula sang bunda, Siti Patmi. Keluarga ini menyambung hidup dengan menggarap sawah tetangga mereka di Dusun Jabon, Desa Juwet, Kecamatan Kunjang.

Saat masih kecil, Anwar terbiasa ngarit. Mencari rumput untuk pakan ternak. Pekerjaan ini dia jalani untuk membantu kedua orangtuanya. Dia ngarit saban hari. Setiap sepulang sekolah.

Meski hidup di sawah, bukan berarti Anwar tak kenal ilmu. Sejak kecil dia bahkan mengenal betul sosok Albert Einstein dan Michael Faraday. Ilmuwan dunia itu. Anwar suka membaca buku-buku mengenai dua ilmuwan tersebut, padahal tergolong berat.

Hobi ini belum tentu dimiliki anak-anak lain. Dan dari dua tokoh inilah, Anwar menyematkan cita-cita menjadi ‘The Next Einstein’ atau ‘The Next Faraday’.

Cita-cita tersebut hampir saja musnah. Saat sang ayah meninggal pada tahun 1990. Sang tulang punggung tiada. Siapa yang akan menopang keluarga? Perekonomian sudah tentu tersendat. Padahal kala itu Anwar baru saja menapak sekolah dasar.

Anwar tentu khawatir, sang ibu tak mampu membiayai sekolah. Apalagi hingga perguruan tinggi. Tapi Anwar memberanikan diri, mengungkapkan keinginan bersekolah setinggi mungkin kepada sang ibu.

Anwar menyiapkan diri. Sudah siap apabila sang emak menyatakan tidak sanggup. Tapi jawaban yang dia dengar di luar dugaan. Bu Patmi malah mendorongnya untuk bersekolah setinggi mungkin.

“Nak, kamu tidak usah ke sawah lagi. Kamu saya sekolahkan setinggi-tingginya sampai tidak ada lagi sekolah yang tinggi di dunia ini,” ucap Anwar terbata, karena tak kuasa menahan haru saat mengingat perkataan emaknya itu.


Perkataan itu menjadi bekal Anwar untuk melanjutkan langkah meraih mimpi. Lulus SD, dia diterima di Sekolah Menengah Pertama (SMP) 1 Kunjang. Kemudian dia meneruskan ke Sekolah Menengah Atas (SMA) 2 Kediri. Salah satu sekolah favorit di Kota Tahu itu.

Saat SMA itulah dia memilih meninggalkan rumah. Dia tinggal di rumah kost, tidak jauh dari sekolah. Jarak rumah dengan sekolah memang lumayan jauh. Dia sadar pilihan ini akan menjadi beban sang ibu.

Masalah itu membuat Anwar harus memutar otak. Dia lalu memutuskan untuk tidak sarapan demi menghemat pengeluaran. Tetapi, itu bukan pilihan tepat. Prestasi Anwar turun lantaran jarang sarapan.

“Karena tidak sarapan, setiap jam sembilan pagi kepala saya pusing,” kata dia.

Kondisi Anwar sempat terdengar oleh ibu salah satu temannya. Merasa prihatin dengan kondisi Anwar, ibu temannya itu menawari dia tinggal menumpang secara gratis. Anwar tidak perlu lagi merasakan pusing saat sekolah. Sarapan sudah terjamin dan prestasi Anwar kembali meninggi.

Lulus dari SMA 2 Kediri, Anwar lalu melanjutkan pendidikan ke Institut Teknologi Bandung (ITB). Dia diterima sebagai mahasiswa Jurusan Teknik Elektro dan ditetapkan sebagai lulusan terbaik pada 2000. Dia kemudian mengincar beasiswa dari Panasonic dan ingin melanjutkan ke jenjang magister di sebuah universitas di Tokyo.

Sayangnya, Anwar tidak lolos seleksi universitas tersebut. Dia merasa malu dan tidak ingin dipulangkan. Alhasil, dia memutuskan beralih ke Nara Institute of Science and Technology NAIST dan diterima.

Di universitas tersebut, Anwar mengembangkan tesis mengenai teknologi transmitter dan menggarap disertasi bertema sama dalam program doktoral di universitas yang sama pula.

Dan Anwar, kini telah menelurkan karya besar. Temuan yang ditertawakan itu dinikmati banyak orang. Termasuk para ilmuwan yang mengolok-olok dulu.


YANGON - Setelah Bangkitnya Demokrasi


Jika melihat pemberitaan selama ini, Myanmar atau sebagian orang memilih menyebutnya Burma mengalami momen penting setiap tahunnya sejak bekas rezim militer membuka diri pada 2011.

Dengan bangkitnya demokrasi, inilah saat yang tepat untuk mengunjungi Burma. Dimulai dari Yangon, atau dulunya disebut Rangoon, kota yang sedang mengalami kebangkitan.

Sebelum jatuh ke tangan Inggris pada awal abad ke-18, Kerajaan Burma adalah salah satu yang terbesar di Asia Tenggara, dengan warisan arsitektur, sastra dan seni berusia 2.000 tahun. Sejarah dan kekayaan itu tersimpan di bagian tengah dan utara Burma, yakni di Bagan dan Mandalay. Ketika Ralph Fitch, orang Inggris pertama yang mengunjungi Burma, tiba tahun 1587, Rangoon adalah sebuah desa nelayan kecil, yang didominasi Pagoda Shwedagon yang dilapisi emas berkilauan.


Di bawah kekuasaan Inggris, 1824-1948, ketika Myanmar meraih kemerdekaannya, bangunan-bangunan megah dibangun di jalan-jalan di Yangon. Mungkin yang paling ikonis adalah bangunan bata besar yang dijadikan Gedung Sekretariat, di mana pada tahun 1947, Jenderal Aung San, bapak Myanmar modern dan ayah dari Daw Aung San Suu Kyi, dibunuh.

Junta militer, yang mengambil alih kekuasaan dan memerintah negara itu tahun 1962-2011, menghancurkan 35 persen dari pusat Yangon atau sekitar 1.800 bangunan, menurut Yangon Heritage Trust, untuk menciptakan ruang bagi pengembangan baru yang megah. Namun kini sebuah proyek pelestarian sedang berlangsung, dan di bawah pemerintahan demokratis yang baru terpilih, ada harapan 189 bangunan bersejarah yang tersisa bisa diselamatkan.

Selain itu ada harapan akan perubahan yang jauh lebih besar, dan optimisme nyata yang terasa sejak kembalinya demokrasi lima tahun lalu, menyelimuti jalan-jalan kumuh di kota yang dulunya megah ini. Atmosfernya yang menggairahkan sangat jelas terlihat di pagoda-pagoda di kota itu.


Pada Minggu sore masyarakat setempat yang bertelanjang kaki dan mengenakan pakaian terbaik mereka berziarah ke situs Buddha paling suci di Myanmar, yakni Pagoda Shwedagon yang berlapis emas berkilauan dan telah berusia 2.500 tahun. Mereka berlutut sejenak dan menyalakan lilin, menaruh dupa dan menyiramkan air ke kuil di dasar pagoda.

Walaupun pemalu, warga Burma sangat murah hati dan tidak pelit memberikan senyuman lebar dan hangat mereka. Dan kini kebahagiaan itu kian terlihat dari sinar mata mereka, kebahagiaan karena tak lagi berada di bawah kediktatoran represif sebelumnya. Ada rasa bahagia dan harapan yang merebak dan Anda bisa melihatnya dengan jelas di pagoda-pagoda di Burma. Mereka bersyukur karena doa-doa mereka untuk perdamaian, perubahan dan kemakmuran akhirnya terjawab.


Maret adalah waktu yang tepat untuk mengunjungi Yangon. Ada Festival Tabaung, bulan terakhir dalam kalender Burma yang menandai akhir musim dingin. Secara tradisional, Tabaung di pedesaan adalah waktu berakhirnya panen dan petani bias beristirahat sejenak. Kapal-kapal pengangkut akan berlayar dan beragam festival lokal diadakan di tepi sungai yang dihiasi stupa-stupa dari pasir.

Di Yangon, pada pagi hari bulan purnama Tabaung, warga kota akan langsung menuju Pagoda Shwedagon untuk melakukan kebaikan dengan memberikan sedekah kepada para biksu Buddha. Tabaung tahun 2016 sepertinya bakal lebih meriah berkat perubahan dalam pemerintahan baru-baru ini, serta kegembiraan menyusul pemilu yang masih terasa hingga Tahun Baru.

Perubahan yang perlahan mulai meraih momentumnya setelah 2011, kini bergerak semakin cepat dan tidak hanya terlihat dari meningkatnya kedatangan wisatawan, tetapi juga pembangunan hotel-hotel baru, restoran, kafe, dan galeri-galeri yang bermunculan di sekitar kota.

Pembangunan dan kemakmuran yang menyertai perubahan ini paling jelas terlihat di Bahan (nama yang digunakan warga Burma untuk menyebut pinggiran kota mereka), di mana mobil-mobil mahal diparkir di jalan masuk rumah-rumah mewah, sementara pusat perbelanjaan bermunculan. Daerah tempat berdirinya Pagoda Shwedagon dan banyak pagoda serta kuil berkilauan lainnya, yang dinamakan “Golden Valley”, ini juga menjadi lokasi hunian warga kaya, konglomerat dan selebriti.

Dalam beberapa tahun terakhir, Yangon telah menyaksikan berbagai pembangunan mulai dari The Loft, sebuah hotel bergaya New York yang chic dan menjadi destinasi para hipster dan jetsetter, hingga Best Western yang menyasar kalangan pelancong bisnis. Kafe-kafe dan restoran modern, seperti Le Planteur, Rangoon Tea House, Gekko, Hummingbird, The Lab dan Port Autonomy dipadati pengunjung, baik lokal, ekspatriat, maupun wisatawan, yang menikmati koktail sambil menyantap beragam hidangan mulai dari masakan mewah Perancis sampai hasil olahan kreatif dari masakan tradisional Burma.


Seiring dengan pemulihan demokrasinya, aturan sensor di Burma pun diperlonggar, sehingga memungkinkan perkembangan seni dan budayanya. Pada malam-malam tertentu, Anda dapat menyaksikan acara komedi, penampilan band rock, atau pembukaan pameran seni di galeri-galeri, seperti Pansodan, Deitta Gallery, Nawaday Art Gallery, dan River Gallery di The Strand.

Yangon telah bergerak jauh dari akarnya sebagai desa nelayan Mon yang disebut Dagon pada abad ke-6, saat Pagoda Shwedagon baru dibangun di puncak bukit Singuttara. Jika Anda mengunjunginya, pastikan Anda membawa kamera dan tripod untuk mengambil gambar di sekitar kota dan juga Pagoda Emas dengan segala keindahannya yang berkilau, karena dalam lima tahun lagi tempat itu akan berubah.



#VisindoAgensiTama

KESULTANAN OTTOMAN (2)


Dalam bahasa Turki Utsmaniyah, kesultanan ini disebut Devlet-i ‘Aliyye-yi ‘Osmâniyye (دَÙˆْÙ„َتِ عَÙ„ِÙŠّÙ‡ٔ عُثمَانِÛŒّÙ‡), atau Osmanli Devleti (عثمانلى دولتى). Dalam bahasa Turki Modern, kesultanan ini dikenal dengan sebutan Osmanli Devleti atau Osmanli Ä°mparatorluÄŸu. Di sejumlah tulisan Barat, nama "Ottoman" dan "Turkey" dipakai bergantian. Dikotomi ini secara resmi berakhir pada tahun 1920–1923 ketika rezim Turki yang beribu kota di Ankara memilih Turki sebagai nama resminya. Nama tersebut sudah digunakan penduduk Eropa sejak zaman Seljuk.

Pemerintahan Mehmed IV menandai berubahnya kekuatan sultan secara signifikan. Urusan pemerintahan seluruhnya diserahkan kepada wazir agung. Untungnya, Köprülü Mehmed Pasha yang menjabat sebagai wazir agung saat itu adalah administrator yang cakap. Di bawah komandonya, Ottoman berhasil merebut kembali Kepulauan Aegea dari Republik Venesia. Kas negara yang merosot akibat korupsi pun berhasil diisi kembali dengan berbagai reformasi ekonomi.

Sayangnya, penerusnya, Kara Mustafa Pasha tidak sekompeten diri Mehmed Pasha. Pasukan Ottoman mengalami kekalahan telak di Wina pada tahun 1683. Enam belas tahun kemudian, Hongaria yang selama ini dikuasai oleh Ottoman pun direbut oleh Wangsa Habsburg.

Di akhir abad ke-17, ancaman baru untuk Kesultanan Ottoman pun muncul dari utara. Setelah reformasi ekstensif, Peter I, atau Peter Agung berhasil mengubah Rusia menjadi kekuatan besar. Pada tahun 1697, benteng pertahanan Ottoman di Laut Hitam, yakni Kota Azov pun dikuasai oleh Rusia.

Periode Tulip mewarnai sebagian besar pemerintahan Sultan Ahmed III yang berkuasa dari tahun 1703 sampai 1730. Periode ini mendapatkan namanya jadi meledaknya popularitas bunga tulip di kalangan bangsawan Ottoman saat itu. Di masa ini, Ottoman mulai mengorientasikan jati diri mereka dengan negara-negara Eropa. Seni budaya dan industri negara berkembang pesat. Rumah percetakan pertama Ottoman yang mencetak buku-buku dengan aksara Arab pun baru diresmikan pada periode ini setelah akibat sebelumnya ditahan karena masalah religius. Periode yang relatif stabil ini akhirnya berakhir dengan pemberontakan Patrona Halil. Sultan Ahmet III pun diturunkan dari tahtanya dan digantikan oleh Sultan Mahmud I.

Kekalahan melawan Rusia pada tahun 1768-1774 membuat Sultan Selim III yang memerintah sejak tahun 1789 untuk melakukan reformasi militer. Para janissary yang merasa posisinya terancam akibat reformasi ini pun langsung menyerang Sultan Selim III. Ia pun diturunkan dari tahtanya. Para janissary pun mengangkat Mustafa IV, saudaranya menjadi sultan baru. Baru setahun ia memerintah, Mustafa IV harus turun tahta akibat pemberontakan.

Sultan Mahmud II, pengganti Mustafa IV melakukan reformasi ekstensif di bidang politik, ekonomi dan militer dan berharap dapat mengejar ketertinggalan dari negara-negara Eropa. Langkah awal yang ia lakukan adalah membubarkan janissary pada tahun 1826 yang selama ini bagaikan duri dalam daging. Reformasi-reformasi yang dinamakan Tanzimat ini nantinya akan dilanjutkan oleh penerus-penerusnya.

Sayangnya, reformasi tersebut dibarengi oleh berkembang pesatnya semangat nasionalisme di daerah-daerah jajahan kesultanan. Perang Kemerdekaan Yunani yang berakhir di 1832 dengan kemenangan Yunani menjadi awal dari pemberontakan-pemberontakan nasionalis di berbagai wilayah kekuasaan Ottoman. Romania, Serbia dan Montenegro pun menjadi merdeka pasca Perang Rusia-Turki pada tahun 1877–1878.

Sultan Abdul Hamid II yang memerintah dari tahun 1876 sampai 1909 adalah sultan terakhir Ottoman yang mempunyai kekuatan eksekutif atas kesultanan. Ia menggantikan pamannya, Sultan Abdul Aziz yang dimakzulkan oleh Midhat Pasha, dan menteri-menteri liberal lainnya yang mengharapkan monarki konstitusional. Abdul Hamid II pun berjanji kepadanya untuk segera membentuk konstitusi pada tahun 1876 sebelum akhirnya membatalkannya setahun kemudian dan menjebloskan Midhat Pasha ke penjara.
Sultan Abdul Hamid II
Setelah kekalahan perang melawan Rusia pada tahun 1878, Sultan Abdul Hamid II pun mencoba mendekati Jerman untuk menyelamatkan apa yang masih tersisa dalam kesultanan. Hal ini berbuah positif. Kedua Negara pun terikat aliansi, dan Jerman mengirimkan beberapa penasehat militernya untuk membantu reorganisasi pasukan Ottoman. Di tahun 1908, gerakan Young Turks, sekelompok opsir militer yang menuntut pemerintahan parlementer pun memberontak dan menurunkan Sultan Abdul Hamid II dari tahtanya. Ia digantikan oleh Mehmed V. Di tahun 1913 Pemimpin Young Turks, Enver Pasha berhasil mengusir Wazir Agung Kamil Pasha dan mengambil alih kekuasaan atas kesultanan. Ia dianggap sebagai arsitek Genosida Armenia yang sampai sekarang masih kontroversial.
Enver Pasha
Perang Dunia I pun akhirnya meletus pada tahun 1914. Ottoman tergabung dalam pihak Kekuatan Sentral bersama Jerman, Austria-Hongaria dan negara-negara lain untuk melawan Sekutu yang terdiri dari Britania Raya, Prancis, Rusia. Setelah peperangan selama empat tahun, Sekutu keluar sebagai pemenang. Traktat Sevres pun ditandatangani dan secara sistematis memecah belah wilayah negara Ottoman. Kaum nasionalis yang malu dan menolak hasil perjanjian tersebut pun memberontak di bawah pimpinan Mustafa Kemal Ataturk. Mendapatkan bantuan persenjataan dari kaum komunis Bolshevik di Rusia yang baru saja mengalami revolusi, kaum nasionalis pun berhasil mengusir Sekutu dari Turki, dan menurunkan Sultan Mehmed VI dari tahtanya pada tanggal 1 November 1922, dan mengakhiri sejarah kesultanan selama 623 tahun. Republik Turki pun lahir dari abu kematian Ottoman. Khilafah sebagai institusi tetap berlanjut sampai dibubarkan pada tanggal 3 Maret 1924.
Turunnya Sultan Mehmed VI

#Jasmerah003

SUKARNO DAN WANITA (4) - Kartini Manoppo

Di luar kisah dan intrik yang terjadi pada Sukarno dalam perjalanan politiknya, sang presiden juga punya petulangan cinta yang seru untuk diikuti. Tidak tanggung-tanggung, Sukarno punya sembilan orang wanita yang ia persunting sebagai istri. Kharisma dan serta rayuan-rayuan mautnya sukses membuat wanita-wanita ini jatuh hati kepada sosok Sukarno. Mereka pun ikut mewarnai kehidupan Sukarno, baik secara personal, maupun secara politis.


Basuki Abdullah, salah satu maestro lukis Indonesia, merupakan salah satu pelukis kesayangan Bung Karno. Banyak karya-karyanya menghiasi dinding-dinding Istana Negara. Dari lukisan Basuki Abdullah juga Bung Karno pertama kali bertemu seorang wanita bernama Kartini Manoppo. Kartini Manoppo sebetulnya berprofesi sebagai pramugari di maskapai penerbangan Indonesia, yakni Garuda Indonesia. Semenjak saat itu, setiap kali Sukarno melawat ke luar negeri, Kartini pasti ikut serta dalam rombongan kepresidenan. Kartini yang terlahir dari keluarga bangsawan Bolaang Mongondow, menutup rapat-rapat pernikahannya dengan Sukarno, jadi tidak banyak yang bisa diketahui dari pernikahan keduanya. Dari pernikahan ini, Sukarno dikarunai seorang putra bernama Totok Suryawan Sukarno, yang lahir di Jerman.




 
(Jasmerah #001) 





Link Banner

PERBANKAN

REVIEW

KASUS BISNIS

HALAL CORNER

KAJIAN MUSLIM

RENUNGAN

SEJARAH NUSANTARA

SEJARAH INDONESIA

SEJARAH DUNIA

EDITORIAL

DESTINASI INDONESIA

DESTINASI MANCANEGARA