Senin, 07 Maret 2016

SUKARNO DAN WANITA (2) - Fatmawati

Di luar kisah dan intrik yang terjadi pada Sukarno dalam perjalanan politiknya, sang presiden juga punya petulangan cinta yang seru untuk diikuti. Tidak tanggung-tanggung, Sukarno punya sembilan orang wanita yang ia persunting sebagai istri. Kharisma dan serta rayuan-rayuan mautnya sukses membuat wanita-wanita ini jatuh hati kepada sosok Sukarno. Mereka pun ikut mewarnai kehidupan Sukarno, baik secara personal, maupun secara politis.

Periode antara 1935-1940 banyak hal penting terjadi dalam rangka perjuangan kemerdekaan Indonesia. Founding fathers Indonesia, Mohammad Hatta dan Sutan  Sjahrir “dipindahkan” ke Belanda, Petisi Soetarjo dicanangkan, dan Sukarno yang sedang dalam masa penahanan Belanda diasingkan ke Bengkulu. Di masa inilah Sukarno berkenalan dengan Fatmawati, yang kelak kita kenal sebagai Ibu Negara Indonesia yang pertama. Pertemuan pertama kali Sukarno dengan Fatmawati terjadi saat Sukarno mengajar di organisasi Muhammadiyah setempat. Fatmawati sendiri adalah salah satu muridnya.

Fatmawati merupakan putri dari tokoh Muhammadiyah setempat, Hasan Din. Pada awal pertemuannya Sukarno masih berstatus sebagai suami dari Inggit Garnasih yang mengikuti Sukarno ke pembuangannya di Bengkulu. Kedekatan antara Inggit dan Fatmawati membuat Fatmawati ditawari untuk tinggal bersama dengan keluarganya. Dari situlah kedekatan antara Sukarno dan Fatmawati semakin berkembang dan menimbulkan percikan cinta diantara mereka. Inggit yang tak bersedia untuk dipoligami dengan terpaksa diceraikan oleh Sukarno dan kembali ke Bandung.Tahun 1943, Sukarno yang sudah berkepala empat menikahi Fatmawati yang baru berusia 20 tahun. Dari pernikahan ini jugalah akhirnya Sukarno mendapatkan buah hati pertamanya, karena dari dua perkawinan sebelumnya, Sukarno tidak memiliki anak kandung (Sukarno dan Inggit mengangkat anak, Ratna Djuami dan Kartika). Guntur Sukarno lahir tahun 1944, satu tahun sebelum kemerdekaan Indonesia tercapai. Tahun 1945 Perang Dunia sudah hampir mencapai akhirnya, kekalahan Jepang di berbagai medan pertempuran semakin mengobarkan semangat Indonesia untuk mencapai kemerdekaannya.

Pada tanggal 16 Agustus 1945 kegaduhan terjadi diluar rumah Sukarno, para pemuda yang sudah “membawa” Moh. Hatta dan Soetan Sjahrir berteriak-teriak memanggil nama Sukarno. Peristiwa ini dikemudian hari kita kenal dengan nama peristiwa Rengasdengklok. Peristiwa ini adalah salah satu momentum kemerdekaan Indonesia. Bendera yang sudah dijahit tangan oleh Fatmawati diserahkan untuk kemudian dikibarkan oleh para pemuda di Rengasdengklok sebagai persiapan proklamasi kemerdekaan Indonesia keesokan harinya.


Setelah kemerdekaan Indonesia, ternyata kehidupan Fatmawati sebagai Ibu Negara masih jauh dari kata tenang. Agresi Militer Belanda datang lagi, Fatmawati yang di Yogyakarta harus berpisah dengan Sukarno yang diasingkan di Pulau Bangka. Disaat itulah Fatmawati melahirkan putri pertamanya, Megawati Sukarno Putri yang di kemudian hari akan kita kenal sebagai Presiden Indonesia yang keempat. Setelah kelahiran Megawati, beliau dikarunia berturut-turut dua putri lagi yaitu, Rachmawati dan Sukmawati. Baru setelah itu pada tahun 1952, anak bungsu Sukarno dan Fatmawati lahir yang diberi nama Guruh Sukarno Putra. Setelah kelahiran Guruh ini hubungan Fatmawati dan Sukarno bagai terjun ke jurang. Sukarno yang saat itu jatuh hati terhadap Hartini ditolak permintaannya untuk menikah lagi oleh Fatmawati. Meskipun akhirnya Fatmawati bersedia untuk mengijinkan Sukarno menikah lagi dengan Hartini, Fatmawati memilih untuk keluar dari Istana Negara meskipun anak-anaknya tetap hidup di Istana. 


(Jasmerah #001) 






0 komentar:

Posting Komentar

Link Banner

PERBANKAN

REVIEW

KASUS BISNIS

HALAL CORNER

KAJIAN MUSLIM

RENUNGAN

SEJARAH NUSANTARA

SEJARAH INDONESIA

SEJARAH DUNIA

EDITORIAL

DESTINASI INDONESIA

DESTINASI MANCANEGARA