Minggu, 24 April 2016

PANAMA PAPERS : Jejak Korupsi Global dari Panama (2)



Jutaan dokumen finansial dari sebuah firma hukum asal Panama, bocor dan mengungkapkan bagaimana jejaring korupsi dan kejahatan pajak para kepala negara, agen rahasia, pesohor sampai buronan, disembunyikan di surga bebas pajak

Sebelum fajar menyingsing pada 26 November 1983, enam perampok menyelinap masuk ke gudang milik Brink’s-Mat di Bandara Heathrow, London, Inggris. Mereka mengikat penjaga keamanan, menyiram mereka dengan bensin dan menyalakan korek api lalu mengancam akan membakar mereka semua kecuali mereka membukakan pintu almari besi di sana. Di sana, para perampok menemukan hampir 7 ribu batang emas, berlian dan uang tunai. "Terima kasih banyak atas bantuannya. Selamat Natal," kata salah satu perampok ketika mereka pergi.

Media di Inggris ketika itu menyebut perampokan ini sebagai kejahatan abad ini: ‘Crime of the Century’. Apalagi belakangan sebagian besar hasil rampokan ini, termasuk hasil penjualan emas yang dicairkan, tak pernah ditemukan sampai sekarang. Kemana uang hasil rampokan itu mengalir adalah misteri yang terus menarik perhatian pemerhati dunia kejahatan di Inggris.

Sekarang dokumen Mossack Fonseca menunjukkan bahwa firma ini dan pendirinya, Jürgen Mossack, amat mungkin terlibat melindungi kekayaan hasil kejahatan fenomenal ini, dengan menyembunyikan sebuah perusahaan yang terkait dengan Gordon Parry, seorang makelar di London yang bertugas mencuci uang dari komplotan perampok Brink’s-Mat.

Enambelas bulan setelah perampokan itu, catatan menunjukkan Mossack Fonseca mendirikan sebuah perusahaan cangkang di Panama bernama Feberion Inc. Jürgen Mossack adalah satu dari tiga direktur 'nominee' perusahaan itu. Nominee adalah istilah di dunia bisnis gelap untuk menyebut orang yang namanya dipakai di dokumen perusahaan seolah sebagai pemilik namun sebenarnya tidak punya kendali atas operasional perusahaan itu.

Sebuah memo internal yang ditulis Jurgen Mossack menunjukkan bahwa baru pada 1986, dia sadar bahwa klien itu "tampaknya terlibat dalam pengelolaan dana dari hasil perampokan Brink’s-Mat di London. Perusahaan itu sendiri tidak melakukan sesuatu yang ilegal, namun bias saja perusahaan itu menginvestasikan uang lewat rekening bank dan properti yang diperoleh secara tak sah."

Setahun kemudian, pada 1987, catatan Mossack Fonseca menunjukkan dengan jelas bahwa ada kaitan antara Gordon Parry dan Feberion. Namun, bukannya membantu penegak hukum untuk memeriksa asset Feberion, Mossack malah mengambil langkah-langkah untuk mengamankan aset dan mencegah polisi mengendalikan perusahaan itu.

Misalnya, ketika polisi berhasil menguasai dua sertifikat kepemilikan Feberion, Mossack malah menerbitkan 98 saham baru, sebuah langkah yang secara efektif mencegah penyidik masuk ke dalam perusahaan itu dan menggagalkan upaya penegakan hukum. Baru pada 1995, tiga tahun setelah Parry dikirim ke penjara atas keterlibatannya dalam perampokan emas, Mossack memutus hubungan dengan Feberion.

Juru bicara Mossack membantah tudingan bahwa perusahaan mereka membentengi dana hasil perampokan Brink's-Mat. Mereka menegaskan bahwa Jurgen Mossack tidak pernah terlibat dengan urusan bisnis apapun dengan Parry, dan tidak pernah dihubungi polisi soal kasus ini. Pembelaan Mossack Fonseca ini menunjukkan bagaimana pelaku bisnis offshore siap melakukan apapun untuk melayani pelanggan mereka.

                             Kantor Mossack Fonseca di Panama

Sistem offshore mengandalkan jejaring industri global dari para bankir, pengacara, akuntan dan para perantara yang bekerjasama untuk melindungi rahasia klien mereka. Para pakar kerahasiaan ini menggunakan perusahaan anonim, majelis wali amanat (trust), dan entitas papan nama (paper entities) lain untuk menciptakan sebuah struktur kompleks yang bisa dipakai untuk menyamarkan asal usul dana haram.

"Mereka (perusahaan seperti Mossak Fonseca) adalah bensin yang menjalankan mesin ini," kata Robert Mazur, mantan agen anti narkotika Amerika Serikat dan penulis buku 'The Infiltrator: My Secret Life Inside the Dirty Banks Behind Pablo Escobar's Medellín Cartel'. Menurut Mazur, "Mereka adalah bagian yang amat penting untuk suksesnya sebuah organisasi kriminal."

Mossack Fonseca membantah tudingan itu. Mereka menegaskan bahwa mereka mengikuti "huruf demi huruf peraturan hukum dan juga spiritnya. Karena itulah, selama 40 tahun kami beroperasi, kami tidak pernah didakwa melanggar hukum."

Para pria yang mendirikan Mossack Fonseca berpuluh tahun lalu, dan berlanjut hingga kini sebagai mitra utama perusahaan ini, adalah figur-figur yang amat dikenal di dunia politik dan publik Panama. Jürgen Mossack adalah seorang imigran asal Jerman yang semenjak kecil pindah ke Panama bersama keluarganya.

Ayahnya mencari kehidupan baru di Panama, setelah menjadi tentara Waffen-SS di era Hitler pada perang Dunia II. Ramon Fonseca adalah novelis yang kerap mendapat penghargaan, yang belakangan menjadi penasehat untuk Presiden Panama. Dia mengambil cuti dari pekerjaannya menjadi penasehat Presiden pada Maret 2016, setelah Mossack dikaitkan dengan skandal di Brasil dan setelah media mulai mempertanyakan cara kerja firma itu.

Dari basisnya di Panama, yang sudah lama dikenal sebagai zona rahasia finansial dunia, Mossack Fonseca melahirkan perusahaan-perusahaan anonim di Panama, British Virgin Islands dan surga finansial lainnya. Firma ini telah bekerja berdampingan dengan bank besar dan kantor pengacara ternama di tempat seperti Belanda, Meksiko, Amerika Serikat dan Swiss, membantu klien memindahkan uang atau memotong tagihan pajak mereka.

Analisa ICIJ atas dokumen yang bocor ini menemukan bahwa ada lebih dari 500 bank, cabang dan rekanan, yang pernah bekerja dengan Mossack Fonseca sejak 1970an untuk membantu klien mengelola perusahaan offshore.

UBS membantu mempersiapkan 1.100 perusahaan offshore lewat Mossack Fonseca. Sementara HSBC dan afiliasinya menciptakan lebih dari 2.300 perusahaan. Secara keseluruhan, data menunjukkan bahwa ada indikasi Mossack bekerjasama dengan lebih dari 14 ribu bank, kantor pengacara, dan perantara lain untuk mendirikan perusahaan, yayasan, majelis wali amanat (trust), untuk pelanggan.

Mossack Fonseca menegaskan bahwa para perantara inilah yang sejatinya merupakan klien mereka, bukan para pelanggan yang menggunakan perusahaan offshore yang mereka ciptakan. Firma ini mengatakan bahwa para perantara ini justru menyediakan satu lapisan tambahan untuk memeriksa keabsahan klien mereka. Soal prosedur mereka, Mossack Fonseca berani menegaskan bahwa mereka "mengikuti dan bahkan melebihi ketentuan dan standar yang mengikat mereka."

Dalam upayanya melindungi Feberion Inc., perusahaan cangkang yang terkait dengan perampokan emas di Brink's-Mat, Mossack Fonseca menggunakan sebuah firma yang berbasis di Panama, Chartered Management Company, yang dikendalikan oleh Gilbert R.J. Straub, seorang ekspatriat asal Amerika yang pernah terlibat dalam skandal Watergate.

Pada 1987, ketika polisi Inggris memeriksa perusahaan cangkang itu, Jürgen Mossack dan satu direktur lain di Feberion mundur, dengan syarat mereka akan diganti oleh direktur baru yang ditunjuk perusahaan Straub, Chartered Management. Belakangan, Straub ditangkap oleh Badan Anti Narkotika Amerika Serikat, dalam sebuah kasus yang tidak langsung berkaitan dengan kasus Brink's-Mat. Ini diungkapkan Mazur, bekas agen Badan Anti Narkotika Amerika Serikat.

Mazur-lah yang mengumpulkan keping demi keping bukti sampai Straub mengaku bersalah terlibat dalam kasus pencucian uang pada 1995. Kepada Mazur, Straub pernah mengaku terlibat dalam penyaluran dana ilegal untuk kampanye pemilihan kembali Presiden AS Richard Nixon pada 1972.

(bersambung)……



Laporan ini ditulis dan disiapkan oleh : Bastian Obermayer, Gerard Ryle, Marina Walker Guevara, Michael Hudson, Jake Bernstein, Will Fitzgibbon, Mar Cabra, Martha M. Hamilton, Frederik Obermaier, Ryan Chittum, Emilia Díaz-Struck, Rigoberto Carvajal, Cécile Schilis-Gallego,Marcos García Rey, Delphine Reuter,Matthew Caruana-Galizia, Hamish Boland-Rudder, Miguel Fiandor and Mago Torres.

Di Indonesia, tim Tempo yang terlibat adalah Wahyu Dhyatmika, Philipus Parera, Agoeng Widjaya dan Mustafa Silalahi.

 

0 komentar:

Posting Komentar

Link Banner

PERBANKAN

REVIEW

KASUS BISNIS

HALAL CORNER

KAJIAN MUSLIM

RENUNGAN

SEJARAH NUSANTARA

SEJARAH INDONESIA

SEJARAH DUNIA

EDITORIAL

DESTINASI INDONESIA

DESTINASI MANCANEGARA