Kamis, 10 Maret 2016

SUKARNO DAN WANITA (5) - Ratna Sari Dewi


Di luar kisah dan intrik yang terjadi pada Sukarno dalam perjalanan politiknya, sang presiden juga punya petulangan cinta yang seru untuk diikuti. Tidak tanggung-tanggung, Sukarno punya sembilan orang wanita yang ia persunting sebagai istri. Kharisma dan serta rayuan-rayuan mautnya sukses membuat wanita-wanita ini jatuh hati kepada sosok Sukarno. Mereka pun ikut mewarnai kehidupan Sukarno, baik secara personal, maupun secara politis.

Berbeda dengan wanita-wanita sebelumnya yang mengisi hari-hari Sukarno, Ratna Sari Dewi adalah seorang wanita dari luar negeri, yaitu Jepang. Nemoto Naoko, adalah nama asli gadis Negeri Sakura ini. Dia pertama kali bertemu dengan Sukarno ketika Sukarno melakukan kunjungan ke Jepang dan sedang melepas lelah di kawasan Akasaka. Dewi pertama kali dikenalkan oleh salah satu kolega Sukarno dari Jepang, Kubo Masao. Nemoto Naoko yang pandai dalam menyanyi dan menari pun langsung memicu ketertarikan Sukarno yang mencintai dunia seni. Setelah pertemuan itu, Sukarno dan Nemoto sering berkirim surat melalui kedutaan besar Indonesia di Tokyo. Puncaknya pada tanggal 18 Agustus 1959, Presiden Sukarno berkirim surat yang berbeda dari biasanya, pada kesempatan kali ini Presiden Sukarno mengundang Nemoto untuk datang dan berlibur ke Indonesia. Kurang dari satu bulan setelah diterimanya surat itu, Nemoto datang ke Indonesia dengan menyamar sebagai salah satu karyawan perusahaan Tonichi milik Kubo Masao.

Ratna Sari Dewi
Selama di Indonesia, Sukarno secara pribadi sering mengajak Nemoto untuk berjalan-jalan. Setelah menjalin hubungan beberapa waktu, Sukarno pun akhirnya melamar Nemoto untuk menjadi istrinya. Mereka berdua menikah pada tanggal 3 Maret 1962 dengan upacara yang berlangsung sederhana dan dengan mas kawin sebesar Rp. 5,-. Setelah menikah dengan Sukarno, nama Nemoto pun diubah menjadi Ratna Sari Dewi.

Pada awal pernikahannya, Dewi merasa kehidupannya sangat berat. Dirinya yang merupakan orang Jepang dibenci oleh orang-orang disekitarnya dan ibunya sendiri pun merasa sangat sedih karena hal ini, hingga akhirnya meninggal dunia. Sukarno yang paham mengenai kesedihan istrinya ini mendirikan sebuah rumah yang kelak dinamai Wisma Yaso, sesuai dengan nama adik Dewi yang sudah meninggal dunia. Untuk bisa diterima lebih baik oleh masyarakat Indonesia Dewi pun belajar bahasa Indonesia dan seringkali mengenakan pakaian adat Indonesia. Meskipun ada perbedaan umur yang sangat mencolok di antara keduanya, hal itu tak menghalangi besar cinta Sukarno terhadap Dewi. Sukarno pernah menuliskan Surat kepada Dewi yang isinya sangat romantis. Begini Petikannya:

“Kalau aku mati, kuburlah aku di bawah pohon yang rindang. Aku mempunyai seorang istri, yang aku cintai dengan segenap jiwaku. Namanya Ratna Sari Dewi. Kalau ia meninggal kuburlah ia dalam kuburku. Aku menghendaki ia selalu bersama aku.”


#Jasmerah001




0 komentar:

Posting Komentar

Link Banner

PERBANKAN

REVIEW

KASUS BISNIS

HALAL CORNER

KAJIAN MUSLIM

RENUNGAN

SEJARAH NUSANTARA

SEJARAH INDONESIA

SEJARAH DUNIA

EDITORIAL

DESTINASI INDONESIA

DESTINASI MANCANEGARA